"Ivy's Camping Adventure" by Gracia Wins at FLS3N 2025!

SD Kristen Calvin
May 20, 2025 by
"Ivy's Camping Adventure" by Gracia Wins at FLS3N 2025!
Timtania Lasyana Graceli

Gracia Victorine, a Grade 5-A student at Calvin Christian Elementary School, won 2nd place in the Story Writing category at the 2025 National Student Art and Literature Festival (FLS3N) for the Tanjung Priok subdistrict level, held at SDN Warakas 01 on May 15, 2025.

Her short story, titled "Ivy's Camping Adventure", tells the tale of a girl named Ivy who gets lost while camping. The story captivated the judges and was deemed worthy of an award in the Story Writing category.

Mrs. Selma, the Indonesian Language teacher at Calvin Christian School, shared that Gracia has a remarkable talent for writing creative and original stories. Based on this strength, Gracia was selected to represent the school at FLS3N 2025.

Preparation began a month prior to the competition. Gracia received intensive guidance—starting from outlining the story, developing the plot, to refining grammar and punctuation. Despite feeling nervous on the competition day, praise God, Gracia was able to complete her story successfully.

This achievement was also supported by the active role of the writing club at Calvin Christian School, which has equipped Gracia with both fundamental and advanced writing skills.

FLS3N is a multi-level competition, beginning at the subdistrict level and progressing to the city and national stages. Gracia is now preparing to continue her journey at the Jakarta city level.

Congratulations to Gracia on this outstanding achievement! Keep creating and stay motivated as you step into the next stage! 👏📚

Petualangan Ivy Ketika Berkemah
Karya Gracia Victorine (SD Kristen Calvin, Kelas V)


Jika hilang di pusat perbelanjaan mah biasa, tapi jika hilang ketika kamping, akan beda ceritanya. Beginilah kisah tentang Ivy.
Sekolah Ivy, SD Permata Bangsa, akan mengadakan kamping bagi murid-murid kelas 5 di lokasi yang bernama “Wild Camping.”
“Baiklah anak-anak, besok jangan lupa membawa perlengkapan kalian, ya,” kata Bu Sista, guru kelas Ivy.
Ivy bersorak gembira, “Akhirnya kamping! Aku bisa melihat tupai, bermain lumpur, bermain di sungai dan ... dan ....”
“Shhh ... diam bisa gak, sih!? Udah kayak mau pergi ke Jepang aja, deh,” sela Siska, teman sebangkunya.
“Sudah-sudah. Nanti Ivy bakal dibariskan di belakang pemandu tur. Jadi, dia tidak akan leluasa mondar-mandir mengikuti keinginannya lihat-lihat sana sini,” lerai Bu Sista.
Ya, Ivy adalah anak yang selalu penasaran dan tidak bisa diam. Ia kecewa mendengar kata-kata Bu Sista. Tapi, mau tidak mau itu adalah keputusan guru.
Esok harinya Ivy sangat bersemangat, ia tiba paling pagi di sekolah. Ketika semua murid sudah datang, Kepala Sekolah, Ibu Lika, berkata, “Anak-anak, segera berbaris untuk masuk ke tronton yang sudah ditentukan dan tidak boleh ada yang menyalip sesama teman.”
Ivy segera berlari mengambil tempat di barisan depan dan masuk ke dalam tronton, kendaraan mereka. Seperti pada umumnya, tronton ini memiliki jendela kecil untuk jalan udara dan pintu yang tingginya hanya setengah tinggi tronton. Perjalanan berlangsung selama sekitar satu jam.
Ketika sampai di tempat tujuan, Kepala Sekolah berkata, “Oke semuanya, segera taruh barang-barang kalian di dalam tenda kelompok masing-masing, lalu kumpul kembali di sini membentuk lingkaran untuk memulai upacara.” Murid-murid pun bergegas melakukan perintah Kepada Sekolah.
Setelah kata sambutan dari Kepala Sekolah, dua orang pemandu tur memperkenalkan diri. “Halo, anak-anak. Nama Bapak adalah Pak Warto. Bapak akan memimpin kalian selama kamping dua hari dan satu malam ini. Jadwal kita pada hari ini adalah trekking ke Air Terjun Pelangi. Kemudian, setelah kembali ke kemah, acara dilanjutkan dengan penampilan kelompok para murid, dan malamnya ada acara api unggun atau barbekyu,” kata pak Warto.
“Tentu saja Pak Warto tidak bekerja sendirian, Kak Tina akan membantu Pak Warto untuk memandu kalian semua.” Itulah kata sambutan dari Kak Tina, pemandu tur lainnya.
Sebelum trekking, murid-murid melakukan pemanasan karena perjalanan akan panjang, yaitu selama kurang lebih dua jam.
”Kalian semua berbarislah memanjang mulai dari kelompok 1 hingga 8, kecuali Ivy yang akan ditempatkan di belakang pemandu tur,” ujar Kepala Sekolah. Ivy langsung memasang muka cemberut karena artinya ia tidak akan leluasa mengamati alam.
Perjalanan trekking pun dimulai. Awalnya Ivy merasa bahwa trekking ini akan membosankan. Tetapi, lama-kelamaan ia menyadari bahwa perjalanan ini tidak seburuk yang ia pikirkan. Ivy menikmati sejuknya angin, pohon-pohon rindang, dan tanaman-tanaman yang belum pernah ia lihat sebelumnya.
Di tengah perjalanan, Bu Sista ingin mengambil foto bersama dengan murid-muridnya. Ivy menemukan ide cemerlang. Ketika Bu Sista selesai mengambil foto, Ivy segera menyelinap mengambil posisi di tengah barisan ... dan berhasil! Tidak ada guru yang melihat bahwa Ivy sudah berpindah posisi.
Ivy asyik menikmati pemandangan ketika seekor tupai kecil yang lucu melintas di depan rombongan itu. Tanpa berpikir panjang, Ivy langsung berlari mengejar tupai tersebut.
Oh, tidak! Ivy tidak menyadari bahwa ia sudah terpisah dari rombongannya. “Ke sini tupai kecil. Ow, perginya cepat sekali.”
”Oh iya, aku di mana ya?” tiba-tiba Ivy tersadar. ”Aduh ... di mana rombonganku ...?  Gimana cara keluar dari tempat ini?” tanya Ivy pada dirinya sendiri.
Ivy sudah tidak tahu arah lagi, namun justru Ivy berbalik ke arah yang berlawanan. Hutan itu sangat rindang sehingga tidak jarang ia menabrak ranting-ranting pohon. Setelah berjalan cukup lama, dari kejauhan Ivy melihat sesuatu berbentuk segitiga. Eh ..., bukan, tepatnya sesuatu itu berbentuk prisma segitiga berwarna jingga. ITU TENDA!
Ivy bergegas berlari ke tenda tersebut. Ketika ia tiba, nasib berkata lain. Ia tidak mengenal orang-orang yang ada di sana dan dari sekolah mana mereka. Oalah, ternyata itu adalah tenda dari sekolah lain. Ivy meminta maaf dan kembali ke atas bukit tadi.
Saat itu Ivy merasa tidak ada jalan keluar baginya. Mungkin kita mengira Ivy akan merasa takut dan menangis. Tetapi, Ivy tidak begitu. Tiba-tiba ia ingat bahwa tujuan akhir dari trekking ini adalah Air Terjun Pelangi. Meski tidak tahu arah yang jelas, Ivy berjalan lagi untuk mencari air terjun. Dan benar saja, ia mendengar suara air terjun! Ia merasa yakin bahwa lokasi air-air terjun seharusnya berdekatan satu sama lain.
Sebelum melanjutkan perjalanannya, Ivy mengambil batu-batu kerikil. Dengan hati-hati ia menandai jalannya dengan kerikil-kerikil itu dan berharap tidak akan tersesat lagi. Akhirnya ia sampai di air terjun tersebut. Tetapi, ia melihat di papan nama tertulis AIR TERJUN KACA, bukan Air Terjun Pelangi!
Meski sedikit kecewa, Ivy merasa bahwa ada air terjun lain di sekitar Air Terjun Kaca. Ia pun berjalan lagi sedikit lebih jauh. Dan benar saja, ia melihat ada air terjun lain. Tetapi, lagi-lagi itu bukan Air Terjun Pelangi, namanya AIR TERJUN KERIKIL!
Ivy bertanya-tanya mungkinkah Air Terjun Pelangi ada di sebelah Air Terjun Kerikil? Tetapi dugaannya salah. Sejauh apa pun ia berjalan, tetap saja tidak ada air terjun yang ditemukannya. Ivy berusaha berpikir-pikir tentang trekking yang sedang dilakukannya ini.
Aha! Seharusnya kan jalan menuju Air Terjun Pelangi sudah bersih atau sudah diaspal karena itu merupakan tempat favorit bagi orang-orang yang kamping. Sementara, jalan menuju kedua air terjun yang telah ia temui tidak bersih, banyak dedaunan yang gugur dan semak-semak kecil.
Ivy bergegas kembali ke tempat yang pertama kali ia tandai dengan kerikil. Dari kejauhan, ia melihat tanah beraspal. Itu dia! Ia pun berjalan ke sana dan harapannya semakin besar. Tidak lupa ia menandai jalan yang dilaluinya. Dan benar saja, ia mendengar suara air terjun dan suara tawa anak-anak yang mungkin seumuran dengannya.
Timbul rasa khawatir di hati Ivy, jangan-jangan anak-anak itu adalah anak-anak dari sekolah lain yang sebelumnya ia temui. Namun, Ivy memberanikan diri mencari asal suara tersebut. WOW! Itu adalah suara air terjun yang bernama AIR TERJUN PELANGI dan ia melihat bendera sekolahnya berkibar di dekat air terjun itu!
Ivy langsung berteriak gembira, “IBU LIKA! PAK WARTO! KAK TINA! ... SAYA IVY! SAYA DI SINI!” Ibu Lika menoleh ke arah suara Iyv dan menyahut, “Hei! Dari mana saja kamu?! Cepat turun ke sini!” Ivy berlari turun menemui Ibu Lika yang ada bersama Pak Warto.
Pak Warto berkata kepada Ivy, “Ini nih, yang dicari-cari. Kami mencari kamu itu seperti menjelajahi Sabang sampai Merauke! Akan tetapi, puji Tuhan ... kamu bisa sampai dengan selamat ke sini!”
“Hehehe .... Maaf, Pak. Soalnya tadi saya melihat tupai, saya mau menangkapnya.”
Saya berjanji akan mengikuti setiap arahan dengan baik dan tidak mondar-mandir sendiri lagi,” janji Ivy kepada Ibu Lika dan Pak Warto.
“Ya sudah. Kamu kami maafkan. Tetapi, kamu harus dihukum. Saat acara barbekyu nanti, kamu harus ikut mencuci segala perlengkapan yang digunakan!” ujar Ibu Lika.
“TIDAAAK,” Ivy berteriak mendengar hukumannya. Burung-burung di pohon pun kabur beterbangan karena lengkingan suara Ivy. Dan semua orang dari rombongan tersebut tertawa.
Meskipun pengalamannya cukup menegangkan, namun Ivy yang pemberani itu juga merasa petualangannya menarik. Tamat.

in News
# SD
Share this post
Tags
SD
Archive